Jump High!: Tokyo Dome (2014)

Jump High!: Tokyo Dome (2014)
Jump High! Tokyo Dome - Japan (2014)

Sabtu, 22 November 2014

#JTS 2: Antara Suica, COMMET, dan BCA Flazz Card

Yap, ini kelanjutan cerita kami di negeri sakura. Karena kami sampai di bandara Haneda lewat tengah malam waktu setempat, kami memutuskan untuk bermalam di bandara tersebut. Kebetulan, bandara Haneda memperbolehkan para pelancong seperti kami untuk bisa bermalam di sana. Kami memutuskan baru berangkat ke hostel pada keesokan harinya. Selain karena suhu disana cukup dingin, kami juga baru bisa check-in pada keesokan harinya, jam 3 sore.

Pagi harinya, sekitar jam 7 pagi waktu setempat kami memutuskan untuk bergegas keluar dari bandara. Mumpung di negeri orang, kenapa nggak memanfaatkan waktu dengan jalan-jalan? Hehe. Menariknya, ketika keluar bandara kita tak perlu dibingungkan dengan transportasi apa yang bisa mengantarkan kita ke pusat kota. Tidak perlu dibingungkan pula dengan calo taksi yang menawarkan harga setinggi langit. Kita tak perlu jauh-jauh keluar bandara untuk mencapai stasiun monorel bandara, karena di sini terminal bandara terintegrasi langsung dengan stasiun monorel.

Di Tokyo, JReast mengeluarkan semacam kartu terintegrasi untuk moda-moda transportasi di sana, yakni Suica Card. Kartu ini tidak hanya bisa kita gunakan untuk keliling Tokyo, bahkan hingga keluar kota. Memperolehnya pun mudah, kita tinggal memasukkan sejumlah uang sesuai dengan kebutuhan ke semacam vending machine tiket kereta, biasanya opsinya 1000 yen, 2000 yen, 5000 yen, hingga 10.000 yen. Operasionalisasinya pun mudah, karena mesin tersebut bisa menggunakan dua bahasa, Jepang dan Inggris. Untuk awalan, kami harus membeli kartunya dulu dengan jumlah saldo sesuai keperluan kami. Tapi mungkin untuk teman-teman yang tidak ingin membeli kartu terusan semacam ini, bisa membeli tiket sekali jalan sesuai dengan stasiun yang dituju.
Image Source
Pemandangan di sekitar stasiun bandara

Monorel


Nah, hal ini lah yang menginspirasi saya ketika pulang ke Indonesia untuk membuat kartu yang serupa. Kalau JReast punya Suica, Commuterline Jakarta punya kartu terusan yakni COMMET (Commuter Electronic Ticketing). Fungsinya pun sama, hanya saja untuk saat ini baru bisa digunakan untuk moda commuterline saja. Tapi tentu dalam hati saya berbangga, “wah, Indonesia juga udah punya sistem ticketing sebagus ini loh, hehe”.

Pengalaman saya dengan kartu terusan seperti ini juga terjadi ketika saya menggunakan moda transjakarta, namun kali ini cukup mengecewakan. Mengapa? Jadi ketika itu saya menuju kantor Imigrasi Jakarta Selatan untuk memperbarui paspor saya yang sebentar lagi habis masa berlakunya. Saya transit dari stasiun Cawang ke shelter Busway koridor IX. Ketika saya ingin membeli karcis, yang biasanya hanya Rp 3.500, tiba-tiba mbak-mbak di sana menjelaskan bahwa harus membeli kartu top-up BCA Flazz seharga Rp 40.000.

Emang ga bisa beli tiket harian mbak?” kata saya.

“Wah, nggak bisa mas. Di sini sudah menerapkan e-ticketing, jadi Mas harus beli BCA Flazz top up card.”

Wah, kok penerapan teknologi malah menyusahkan dan memberatkan konsumen? Kata saya dalam hati. TI seharusnya bisa memudahkan, bukan malah memberatkan seperti ini. Apakah penerapan TI di Transjakarta tidak mempertimbangkan penglaju yang hanya perlu untuk sekali jalan? Tidak usah jauh-jauh kita mencontoh ke Jepang, PT KAI saja juga sudah menerapkan kartu terusan dan kartu harian sehingga tidak memberatkan konsumen. Sepulangnya dari kantor Imigrasi pun saya tetap harus membayar karcis manual sebesar Rp 3.500, karena busway koridor VI belum menerapkan e-ticketing. Rugi bandar, haha. Miris :”).

Ini masukan saya untuk PT. Transjakarta untuk tetap menerapkan karcis sekali jalan karena masih banyak pengguna Transjakarta yang hanya perlu menggunakan moda tersebut sekali dua kali saja.
 
Terlepas dari kekecewaan saya, ternyata pemerintah sudah punya rencana ke depan untuk menerapkan satu tiket terintegrasi (baca Kompas 21 November 2014). Jadi bisa digunakan untuk naik Commuterline, Transjakarta, MRT, Monorel, dan bus-bus reguler. Ya, semoga ini bisa benar-benar direalisasikan :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar