![]() |
Image Source |
Ini aku dan tas ranselku yang ku bopong
terus sedari tadi. Bergegas menuju ruang tunggu menunggu si burung besi yang sedang
memanaskan perapiannya. Perjalananku kali ini bukan tanpa arti. Mencoba sedikit
peruntungan di negeri orang.
Ah, pasti kau mengira aku akan
kabur dari negeri ini. Pasti kau mengira aku hanya pergi karena kondisi di
negeri itu lebih baik dibandingkan di sini bukan? Namun kawan, percayalah, Aku
bukan penganut kepercayaan kalimat “rumput tetangga lebih hijau”. Aku pergi
bukan karena tidak bersyukur atas kampung halamanku. Aku pergi untuk sedikit
belajar, tentang ilmu, tentang hidup, dan tentang syukur.
Manusia paling mulia yang
diciptakan Tuhan pun mengajarkanku demikian. Adalah Ia, Nabi Muhammad SAW yang
memutuskan meneruskan perjuangan dakwah Islam, yang tak menemukan jalan terang
kala itu di Mekkah, untuk berhijrah ke Madinah. Bukan maksud untuk menyerah,
tapi mundur selangkah untuk bisa memantapkan ribuan langkah ke depan.
Sang penguasa cahaya nampaknya mulai menampakkan dirinya di ufuk timur sana. Sambil menatap para burung besi yang silih berganti terbang dan mendarat, diriku seraya menyerap dan menikmati hangatnya nikmat pagi. Cahaya yang mengintip dari jendela ruang tunggu belum terlalu menyilaukan untuk ditatap.
Ah ya, syukur pertama yang
kupelajari pada perjalananku, masih bisa menikmati hangatnya sinar matahari
tropis di pagi hari. Siapa yang akan mengira hal ini akan sulit kudapati nanti?
Ini Bulan November Bung, mana ada matahari sehangat ini di negeri utara sana.
Jaket tebal untuk menangkal angin dingin negeri utara pun telah kusiapkan
disampingku. Maklum, dua puluh tahun hidup di negara tropis membuatku harus
mempersiapkan segalanya untuk setidaknya mengurangi shock yang akan kuhadapi nanti.
Tepat pukul 06.30 pagi hari. Microphone bersuara wanita yang mahir
berbicara tiga bahasa telah berbicara. Tanda bahwa aku harus segera bergegas
menuju pintu keberangkatan. Berdiri mengantri di belakang sederet orang asing
yang membawa tas ransel super besar dan keluarga lokal yang sejak tadi
kesulitan mengurusi si bungsu yang tak kunjung diam.
Dan ini aku dan ranselku yang kembali ku bopong, bersiap melangkahkan kaki ke negeri orang. Untuk sekedar mendapat pelajaran berharga, yang akan kubawa kembali kelak.
Heathrow, I’m coming :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar