"Sebaik-baik pemimpin, dialah yang telah selesai dengan urusan pribadinya."
Kalimat diatas mungkin seringkali terdengar di telinga kita. Jadi pemimpin yang baik itu harus sudah selesai dengan urusan pribadinya. Agar ketika memimpin nanti, tak perlu lagi ia mengurusi hal-hal pribadinya. Dan memang benar adanya. Apa jadinya ketika seorang pemimpin masih belum bisa mengurus dirinya? Simpel saja, bangun kesiangan? Hati galau gundah gulana? Akademik berantakan? Masa depan belum terencana?
Lalu bagaimana bisa ia memimpin dengan baik kalau dirinya sendiri pun belum beres?
Padahal ketika memimpin, diri kita bukanlah milik kita seorang. Tapi diri kita adalah milik mereka, orang-orang yang kita pimpin. Memutuskan untuk menjadi pemimpin (toh, menjadi pemimpin bagi setiap manusia menjadi sebuah keniscayaan) berarti memberanikan diri kita untuk mewakafkan diri kita untuk menjadi "pelayan umat". Pelayan, bukan raja yang disembah dan diagung-agungkan. Siap dicaci, siap lelah, siap menerima hal-hal tidak enak lainnya. Lalu, bagaimana jadinya ketika diri kita sendiri tidak selesai dengan urusan diri kita?
Bagaimana jadinya ketika seorang yang katanya aktivis mahasiswa, tapi tak beres dengan urusan akademisnya? Status mahasiswanya sendiri pun terancam :)
Bagaimana jadinya ketika seorang kapten tim sepakbola, tak benar dalam mengolah emosinya di lapangan? Bukannya menjadi penengah, malah jadi biang kerusuhan :)
Bagaimana jadinya ketika orang yang menjadi calon orang tua, tapi belum pandai mengatur dirinya? Apakah bisa mereka menjadi teladan yang baik untuk anak-anaknya kelak :)
Bagaimana bisa kita mengharapkan munculnya generasi-generasi pemikir masa depan bangsa, tapi remaja kebanyakan lebih banyak berkutat dengan masalah hati yang galau binti gundah gulana? Padahal jauh lebih banyak problem diluar sana yang lebih pantas untuk "digalaukan" :).
Namun, bukan berarti dengan beralasan diri kita belum beres, kita malah menghindar untuk menjadi pemimpin. Menjadi pemimpin tak bisa dihindari. Seminimal-minimalnya adalah memimpin diri sendiri. Dengan tersadar bahwa setiap dari kita memang lah seorang pemimpin, akan menjadi motivasi diri kita untuk terus memperbaiki hal-hal pribadi.
Saya? Saya rasa banyak hal yang belum beres pula dari diri saya. Tapi, mari kita coba selesaikan satu per satu. Perlahan, konsisten, dan yang lebih penting niat kita ditujukan kemana :). Memimpin dan memperbaiki diri bukanlah dua hal yang saling menegasikan, tapi kedua hal itu berhubungan positif satu sama lain.
Menjadi pemimpin itu bukan sekedar status yang semu, tapi itu adalah sebuah amanah, yang langit dan gunung pun tak berani memikulnya :).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar