![]() |
Sumber Gambar: bbc.com |
Berita terpanas yang akan kita jumpai beberapa hari terakhir apabila kita mengunjungi beberapa media-media berita di Inggris adalah tentang Referendum Skotlandia yang ingin mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris Raya. Hari ini, tepatnya kamis 18 September 2014, akan dilangsungkan voting bagi warga Skotlandia yang akan merubah sejarah besar dari dua kerajaan ini, Skotlandia dan Inggris. Media BBC mengabarkan, ada sekitar 4,285,323 pemilih yang akan mengadu nasib mereka ke depan di tempat-tempat pemilihan yang tersebar di 2,608 tempat yang tersebar di seluruh penjuru Skotlandia. Dan hasil dari referendum ini akan diumumkan Edinburgh, besok pada pagi hari. "Ya" atau "Tidak", menjadi dua pilihan yang akan mengubah nasib seluruh warga Skotlandia, begitu juga dengan warga Inggris Raya.
Tepat 307 tahun yang lalu, atau pada tahun 1707, secara resmi dua kerajaan ini bersatu. Namun, secara semu dua kerajaan ini telah bersatu sejak tahun 1603. Raja James VI yang merupakan raja Skotlandia dan suami dari putri kerajaan Inggris mendapatkan tahta di Kerajaan Inggris. Mengapa demikian? Kala itu, Ratu Elizabeth I yang akan melepaskan tahtanya tidak bisa menentukan siapa pengganti yang tepat untuk menggantikan dirinya. Hanya Raja James VI lah yang pantas menggantikannya. Perlu sekitar seratus tahun untuk secara resmi dua kerajaan tersebut bersatu. Pada saat itu, Skotlandia membutuhkan bantuan dari segi teknologi dan ekonomi dari Inggris sehingga bisa memulihkan kondisi wilayahnya. Sementara Inggris membutuhkan sumber daya manusia untuk bisa menunjang kegiatan ekonomi Inggris. Hal tersebut yang meluluhkan kerasnya parlemen Inggris dan parlemen Skotlandia yang bersikukuh untuk mempertahankan masing-masing identitas kerajaannya demi kebaikan rakyat bersama.
Kini, Skotlandia berada kembali pada persimpangan jalan itu. Memilih "Ya" atau "Tidak". Survey terakhir mengatakan 52% warga Skotlandia menginginkan integrasi dua kerajaan tetap dipertahankan, dan 48% mengatakan kemerdekaan Skotlandia adalah yang terbaik. Banyak pihak yang mempertimbangkan dari sisi keekonomiannya. Apakah Skotlandia mampu untuk menjadi mandiri? Bagaimana dengan kondisi ekonomi pasca kemerdekaan nantinya? Yang juga menjadi pertimbangan bagi Inggris adalah kedaulatan energi di Laut Utara Inggris. Cadangan minyak yang berlimpah yang kini dikuasai Inggris di sana tentu akan terancam.
Saya jadi teringat kata teman saya, "Sebuah negara itu idealnya gak terdiri dari terlalu banyak suku didalamnya". Semakin banyak suku di dalamnya semakin sulit sebuah bangsa tersebut menyamakan pandangan dan akhirnya harus bergerak maju. Kita melihat gesekan antar kaum Muslim India yang menjadi mayoritas dengan penduduk mayoritas India, sehingga pecah menjadi Pakistan. Atau gesekan antar penduduk mayoritas Malaysia, melayu, dengan minoritas Cina.Atau juga suku Kurdi yang pernah terpinggirkan di Turki.
Fenomena Referendum Skotlandia ini pun membuka pikiran saya terhadap Indonesia. Indonesia dengan terdiri dari berbagai macam suku yang juga terpisah secara geografis oleh lautan, tentu menjadi tantangan yang lebih besar untuk bisa menyatukan semangat kenegaraaan dari setiap warga Indonesia. Gerakan-gerakan separatisme di Aceh, Maluku, ataupun Papua yang dulu pernah hangat dibicarakan, mungkin saja bisa terjadi lagi kalau pemerintahan pusat tidak mampu menjawab kebutuhan setiap warganya. Disatu sisi saya merasa bangga Indonesia bisa bertahan dengan bangsa sebesar ini, di sisi lain saya sadar bahwa ini PR berat. Tak bisa dipungkiri, pemerintah pusat belum bisa memberikan pelayanan yang baik, maraknya kasus korupsi, haus kekuasaan, krisis energi dan pangan, pembangunan ekonomi yang timpang, dan lain sebagainya sangat bisa menjadi bom waktu keutuhan bangsa ini. Bukan berarti pesimis, tapi sadar bahwa perbaikan pemerintahan, pemimpin yang tulus menjalankan amanahnya dan bisa kembali menyatukan identitas bangsa, sangat urgen dibutuhkan Indonesia.
Kembali ke Referendum Skotlandia. Ini akan menjadi sebuah ajang penentuan nasib suatu bangsa kedepan. Masing-masing pilihan mempunyai konsekuensi. Pilihan bagi warga Skotlandia: Mempertahankan integrasi namun menggadaikan kebanggaan identitas sebagai seorang Scottish atau konsisten mempertahankan identitas sebagai seorang Scottish namun berjudi dengan kemandirian bangsa yang belum pasti?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar