Jump High!: Tokyo Dome (2014)

Jump High!: Tokyo Dome (2014)
Jump High! Tokyo Dome - Japan (2014)

Kamis, 13 Agustus 2015

Meniti Titik

Image source
“Again, you can’t connect the dots looking forward; you can only connect them looking backwards.”

Demikian yang dikatakan seorang inovator kenamaan – Steve Jobs – dalam sebuah graduation speech yang dipersembahkan untuk para lulusan kampus Stanford, Amerika Serikat.

Seringkali kita bertanya atas sebuah pertanyaan filosofis di dalam sebuah penggalan episode hidup kita, “sedang berada di mana saya?”, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan “akan kemana saya?”. Pun ketika sedang berdiri di persimpangan jalan, memilih akan beranjak ke kanan atau melangkah ke kiri, segala perhitungan dibuat, analisis cost-benefit, opportunity cost yang harus diterima, plus dicampur dengan emosi yang secara tak sadar terlibat di sana, dihitung matang-matang untuk kemudian menjadi sebuah keputusan.

Namun sayang, tak semua dari kita mampu mensyukuri dengan baik setiap keputusan yang telah dibuat. “Memilih itu mudah, mempertahankan pilihan itu yang sulit,” kata seorang teman. Penyesalan wajar, namun berlebihan menyesali adalah kurang ajar. Karena itu sama saja berandai-andai yang tak kunjung hentinya, suatu hal yang tak disukai oleh Allah swt.

Maka, hukum trial and error dalam kehidupan memang benar adanya. Setiap pilihan yang akhirnya kita ambil menjadi sebuah titik dari garis kehidupan. Berani mengambil lompatan besar, atau bertahan pada status quo, itu pilihan. Benar atau salah pilihan itu yang diambil, akan memberikan kita sebuah hikmah apabila kita benar-benar merenunginya. Karena ini lah hakikat dari konsep tersebut; trial, error, gagal, coba lagi, gagal, coba lagi.

Lalu, sebuah pertanyaan besar berikutnya adalah titik mana yang harus diambil di masa depan? Ketakutan atas pengulangan kegagalan di masa lalu tentu menjadi momok yang membayangi. Namun, hal ini semua kembali pada perenungan kita akan sebuah pertanyaan yang lebih filosofis ketimbang sedang di mana dan akan kemana, yakni “apa tujuan hidup kita?”. Jawaban yang mungkin bisa hadir cepat atau bahkan baru bisa hadir setelah sejumlah trial and error yang kita lalui. Maka ini lah yang menjadi tahap di mana kita meniti titik-titik hidup kita.

Mengutip dari buku Ayah, karya Andrea Hirata, “Tuhan selalu menghitung, dan suatu ketika, Tuhan akan berhenti menghitung”. Setiap titik kehidupan menjadi sebuah hitungan Tuhan, hingga suatu saat akan berhenti pada sebuah jawaban. Pun seorang Steve Jobs, baru dapat menyambung “titik-titik”nya belasan tahun setelah beliau di-DO dari kampusnya.

Yang pasti, disetiap titik yang akan dilalui, percaya bahwa Allah swt. selalu menyertai. Karena Allah swt lah sebaik-baik sutradara kehidupan. Man proposes, God disposes.


“.. So you have to trust that the dots will somehow connect in your future. You have to trust in something – your gut, destiny, life, karma, whatever. This approach has never let me down, and it has made all the difference in my life.” – Steve Jobs.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar