Tapi saya mendapat sebuah obrolan yang menarik ketika hari Senin lalu. Yup! Hari Senin yang lalu saya dapet tugas buat mewawancara seseorang yang inspiratif untuk artikel di mading ELD terkait untuk lebih membooming kan acara FEUI Awards (acara dari dekanat, dan dilaksanakan oleh departemen keilmuan BEM FEUI). Saya tidak sendiri, yang ikut dalam wawancara kali ini ada Kak Irey (Kadept ELD), Melly, dan Cindy.
Awalnya saya tidak mengagendakan untuk ikut wawancara ini sebelumnya. Tapi tiba-tiba, pas Senin paginya saya diajak buat ikut wawancara. Tentu aja saya kaget (padahal rencananya mau jadi kupu-kupu pas hari itu, hehe), apalagi wawancaranya lumayan malam, sekitar jam 8 malam rencananya. Tapi setelah saya pikir, siapa tau bisa dapet sesuatu yang menarik dari wawancara ini. Yoweslah, akhirnya saya merelakan untuk pulang lebih malam dari rencana sebelumnya, huhuhu T.T
Nah... Dalam wawancara kali ini, kita mewawancarai seorang lulusan mahasiswa FEUI terbaik dalam bidang pengabdian masyarakat. Siapa dia? Dia adalaahh.... Muhammad Alfatih Timur, atau yang biasa kita panggil Kak Timmy. Lulusan FEUI jurusan manajemen. Kita dapet rekomendasi nama Kak Timmy, dari Kak Nisa (Kabid pendidikan) untuk wawancara kali ini ^^.
Sekitar jam setengah 9 wawancara akhirnya dimulai. Berbagai macam pertanyaan pun kami lontarkan ke Kak Timmy, walaupun sifatnya lebih seperti ngobrol-ngobrol santai sih.... Ada pertanyaan seputar FEUI awards : bagaimana pendapat Kak Timmy tentang FEUI awards, motivasi apa yang dimiliki Kak Timmy untuk mengikuti FEUI awards, dan sebagainya dan sebagainya. Yang menarik, ketika ditanya apa ekspektasi dari Kak Timmy dari mengikuti FEUI awards ini ialah dia ingin men-down to earth-kan istilah seorang mapres. Dimana mapres bukan hanya sebutan bagi mahasiswa-mahasiswa yang memiliki IPK setinggi langit, berotak dewa (walah, lebay :p), tapi mapres juga layak untuk diperoleh oleh mahasiswa yang memiliki IPK yang masih manusiawi dan normal. Hohoho, jawaban yang menarik menurut saya, wkwkwk :p.
Selain pertanyaan-pertanyaan seputar FEUI awards, obrolan kami pun melebar ke berbagai macam arah (halah, apa dah). Kami bertanya seputar pengalaman Kak Timmy ketika menjadi mahasiswa. Dan.... Wow! Luar biasa! Bayangin aja, di semester satu dia udah ikut sebanyak 8 kepanitiaan, ckckck. Ruarrr biasa! Gak ngerti nekat atau gimana. Tapi yang jelas itu banyak banget coy, heuheuheu. Selain itu dia juga pernah menjadi fungsionaris BEM FEUI di tahun pertama sebagai staff Kastrat dan ditahun kedua sebagai kadept Kastrat, sedangkan di tahun ketiga dia menjadi fungsionaris BEM UI dibagian kastrat pula (widiiih, ngeri kali kastrat, wkwkwk). Dan ketika kuliah, dia juga menekuni bidang wirausaha, berbagai macam bidang usaha telah dia coba, walaupun ada gagalnya juga.
Ini dia.... gagal. Mungkin merupakan lima huruf yang menakutkan bagi sebagian orang. Tapi justru kegagalan ini yang menempa diri kita untuk berpikir lebih keras, bekerja lebih giat, sampai titik nadir dari kemampuan kita. Ketika menghadapi kegagalan, sikap kita seharusnya seperti bola tenis, jangan seperti telur ayam. Kenapa bola tenis? Kenapa telur ayam? Coba kita bayangkan. Ketika sebuah telur ayam jatuh, dia akan retak, pecah, dan mengeluarkan semua isinya. Tapi coba bayangkan apa yang terjadi ketika bola tenis jatuh, dia akan memantul lagi keatas. Walaupun jatuh lagi, dia akan kembali memantul keatas.
Kira-kira itu yang dikatakan Kak Timmy ketika wawancara. Ketika mendapat masalah, alhamdulillah. Ketika terlibat konflik dengan orang lain, alhamdulillah. Ketika kita mendapatkan kesulitan, alhamdulillah. Karena dari situlah diri kita ditempa, ditempa, dan terus ditempa. Penempaan diri ini yang membuat diri kita, tanpa kita sadari, akan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Mungkin ini sama seperti yang terjadi pada saya hampir setahun yang lalu. Ketika saya mengikuti proses seleksi masuk PTN. Tidak cukup sekali kegagalan yang saya dapatkan. Saya dua kali gagal, ketika snmptn undangan dan snmptn tertulis. Hampir menyerah ketika gagal di snmptn tertulis. Ya, benar-benar hampir menyerah. Dengan harapan dan tenaga yang tersisa saya ikut simak. Dan alhamdulillah, saya diterima di akuntansi ui :).
Gagal, ya gagal.... Itu lah sekolah kehidupan....
Di wawancara itu Kak Timmy sempat menyebutkan sebuah doa yang dipanjatkan oleh Sir Douglas McArtur, panglima perang Amerika, untuk anaknya sebelum tidur.
"Tuhan..... berikanlah anakku jalan yang berkelok-kelok ketimbang jalan yang lurus
Tuhan..... berikanlah anakku masalah ketimbang kemudahan
Tuhan..... berikanlah anakku tempaan ketimbang kemudahan hidup."
Doa yang unik, dan sangat membuka pikiran saya. Ketika gagal, disaat itulah kita ditempa. Ketika gagal, disaat itulah kita menjadi lebih kuat. Ketika gagal, disaat itulah kita menjadi lebih dewasa....
Wawancara itu berlangsung sekitar satu setengah jam dan tak terasa jam tangan saya sudah menunjukkan pukul 22.00 wib.
Obrolan yang menarik, dan saya berharap bisa mendapatkan lagi obrolan-obrolan lainnya yang bisa membuka mata saya. Yang tak hanya sekedar obrolan warung kopi. hohoho ^^
Hmmm, mungkin itu aja buat post saya kali ini. Tugas masih banyak yang numpuk, UTS seminggu lagi, dan masih banyak lagi yang harus saya lakukan. huhuhu... T.T. Haaah, tapi itu namanya tempaan, yang bisa membuat kita lebih kuat dari sebelumnya. Hup! Hup! Hup! Semangat!! Hamasah!! ^^
Oiya, ini ada foto pas wawancara kemaren. Mukanya udah pada lecek-lecek nih kayaknya, wkwkwk :p.
Dari kiri ke kanan : Saya (Agi), Cindy, Kak Timmy, Melly, Kak Irey
Yang moto : Frizon aka Ijon
Yang moto : Frizon aka Ijon
Sekian dari saya, semoga bermanfaat, dan keep inspiring!
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar