"Apakah yang lebih utama dan lebih penting daripada iman?" kata sosok Muhammad dalam mimpiku. Ia tersenyum menatapku, tetapi entah bagaimana aku tahu sesungguhnya ia sedang agak bersedih.
Kutipan di atas aku ambil dari sebuah novel yang beberapa hari lalu baru saja aku khatamkan. Novel yang aku pinjam dari seorang teman. Novel ini berjudul "Menatap Punggung Muhammad". Novel yang unik dan menarik menurutku, karena novel ini sebenarnya adalah sebuah surat setebal seratus halaman yang disampaikan oleh seorang lelaki kepada kekasihnya yang telah dua tahun ia tinggal tanpa kabar.
Ya, novel ini menceritakan sebuah pencarian terhadap kebenaran akan sebuah mimpi yang sangat tak lazim. Tokoh si Aku yang seorang non-Muslim mendapatkan sebuah mimpi dimana dia bertemu sesosok manusia paling mulia yang pernah diturunkan ke muka bumi, sesosok kekasih Allah yang 1400 tahun yang lalu diturunkan ke bumi, sesosok yang sangat dirindukan kehadirannya oleh seluruh umat Muslim di dunia. Dialah Sang Utusan Allah, Rasulullah, Nabi Muhammad SAW.
Di dalam cerita, tokoh si Aku ini mengalami perjalanan yang panjang dalam pencarian kebenaran mimpinya ini. Sampai-sampai dia rela meninggalkan kekasihnya yang bernama Azalea tanpa kabar, hingga dua tahun lamanya. Berbagai macam pencarian ia lakukan, mulai dari meneliti bagaimana mimpi itu bisa terjadi, membaca berbagai literatur tentang kehidupan Rasulullah, hingga bertemu pamannya yang seorang mualaf. Semua ini dilakukan oleh si Aku ini karena ternyata tanpa dia sadari, dia telah jatuh cinta kepada Rasulullah, dia sangat rindu akan kehadiran Rasullah.
Novel ini sangat menarik untuk dibaca, dan mungkin novel ini agak "menyentil" kita yang telah memeluk Islam sejak lahir, tapi rasanya kecintaan kita terhadap Sang Nabi tampaknya tak pernah sedalam apabila dibandingkan dengan cintanya si Aku yang non-Muslim ini. Novel ini simpel, tapi sungguh, isinya begitu bermakna bagi kita semua, baik untuk seorang Muslim, maupun seorang non-Muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar