Mencari negarawan untuk negeri ini, masih adakah? Mungkin itu adalah pertanyaan setiap individu dari rakyat Indonesia yang hingga kini masih saja menunggu seseorang. Seseorang yang bisa menjadi figur perubahan dan panutan bagi negeri Indonesia ini. Mencari negarawan yang ideal mungkin bisa diibaratkan dengan mencari jarum di tumpukan jerami. Atau bagaikan melihat semut hitam yang sedang berjalan di atas batu hitam di tengah pekatnya malam. Apa artinya itu? Ya, sangat sulit. Di tengah budaya dan praktik-praktik korupsi yang hampir mendarah daging di tubuh pemerintahan Indonesia, baik dari tingkat RT hingga tingkat kelas kakap seperti yang ada di Senayan sana. Mungkin kita akan menemukan beberapa yang masih berjalan dalam alur yang benar. Namun itu memang hanya beberapa dan tidak ada apa-apanya ketika menghadapi ribuan pihak yang telah memiliki "kelainan mental" dalam memerintah.
Tulisan saya ini mungkin belum bisa menjadi solusi dari permasalahan pelik di negeri kita ini dalam masalah kepemimpinan negara kita. Namun di sini saya mencoba mencari bagaimana sosok ideal seorang negarawan, ataupun seorang pemimpin. Konten dalam penulisan terinspirasi dari hasil focus group discussion yang saya ikuti pada kegiatan The Next Leader 2011, sekitar 6 bulan yang lalu.
Di sini ada tiga hal yang harus kita pahami. Intelektual,
integritas, intimacy adalah tiga hal
yang tak boleh terlewatkan dalam konsep mendapatkan sebuah negarawan yang
ideal. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah negarawan memiliki
intelektual yang memadai. Tanpa adanya intelektual, bagaimana mungkin seorang
negarawan itu mampu membawa negaranya ke arah yang sesuai diharapkan. Hal kedua
yang dibutuhkan oleh seorang negarawan adalah integritas. Integritas merupakan
keselarasan antara nilai yang dianut dengan tindakan yang diperbuat oleh
seseorang. Melakukan tindakan yang sesuai dengan nilai secara konsisten meskipun
dalam melakukannya menemui tantangan yang berat merupakan hal yang dibutuhkan
oleh seorang negarawan. Hal ketiga yang dibutuhkan oleh seorang negarawan
adalah sikap intimacy, atau rasa
memiliki terhadap suatu hal (sense of
belonging). Adanya intimacy yang
cukup kuat terhadap negara Indonesia, akan menumbuhkan rasa cinta yang begitu
besar. Rasa cinta yang membuat seseorang akan melakukan hal apapun untuk
memperbaiki negara ini ditengah rasa pesimis yang begitu deras kehadirannya di
tengah-tengah masyarakat kita.
Ketiga
hal diatas – intelektual, integritas, dan intimacy
– tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hilangnya salah satu unsur yang
dimiliki hanya akan menyebabkan kekacauan dan krisis dalam jiwa kepemimpinan
yang dibutuhkan oleh seorang negarawan. Memiliki intelektual namun tidak
memiliki integritas dan intimacy akan
menciptakan pemimpin yang tamak akan kekuasaan dan tidak peduli terhadap
rakyatnya. Bagaimana pula bila seorang negarawan memimpin negaranya tanpa
intelektualitas, meskipun memiliki integritas dan intimacy. Kondisi tersebut hanya menghasilkan seorang pemimpin yang
mudah untuk dipermainkan.
Agak normatif memang, apabila kita membicarakan bagaimana sosok seorang negarawan yang ideal. Tapi setidaknya kita mempunyai gambaran bagaimana sosok figur yang kita tunggu-tunggu bisa membawa perubahan. Atau mungkin diantara kita sebenarnya ada sosok figur yang sebenarnya dicari-cari rakyat Indonesia? Semoga saja.
Pilkada
DKI Jakarta yang akan diadakan tanggal 11 Juli nanti merupakan pencarian
masyarakat, khususnya Jakarta, terhadap seorang negarawan yang diharapkan mampu
membawa ibukota negara ini ke kondisi yang lebih baik. Begitu juga halnya
dengan pemilu capres 2014 nanti. Siapapun yang terpilih nanti sangat diharapkan
oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia bisa membawa perubahan negara ini ke
arah yang lebih baik. Aamiin :)